Subscribe:

Rabu, 01 Januari 2014

Yang Selalu Terkenang

Masih ingatkah engkau saat pertama kali kita menghabiskan separuh malam dengan bersepeda menyusuri sepanjang jalan menuju rumahku? Kala itu kau bersikeras untuk menemani perjalanan pulangku. Kubilang padamu, "Tenang saja. Kau tak perlu khawatir padaku. Aku sudah terbiasa bersepeda sendiri." Kupikir kau akan percaya, namun kau bersikeras untuk mengawalkau hingga akhirnya kau benar- benar tak rela melepasku.
Perjalanan malam itu memang cukup melelahkan. Menerjang dinginnya angin malam sambil mengajakmu menyusuri gang- gang kecil di sudut kotaku. Aku tahu waktu itu kau sangat lelah. Mungkin karena kau tak terbisa berjalan jauh sepertiku. Saat tiba di rumah, aku hanya bisa menyuguhkanmu segelas teh hangat buatan ibuku. Tak tahu apa yang harus kubicarakan padamu waktu itu, karena bertemu denganmu adalah hal baru yang tak pernah kusangka sebelumnya. Ya, kala itu aku mencoba untuk tidak nampak kaku di depanmu. Tak ingin berlama- lama dalam kebisuan, akupun mengajakmu untuk kembali bersepeda menyusuri kampungku. Aku tahu mungkin ini akan cukup melelahkan, karena kau harus memboncengkanku lagi. Tapi lihat saja nanti, aku akan bertanggungjawab atas perbuatanku.
Berperan sebagai penumpang sekaligus penunjuk jalan, kuajak kau untuk menikmati suasana malam di pusat keramaian di desaku, sambil menikmati lezatnya nasi goreng kampung dan segelas es teh sebagai penghilang dahaga. Tanpa disadari, obrolan- obrolan hangat terucap begitu luwesnya seolah kita telah berteman lama. Kala itu kau bilang padaku, bahwa kau tak pernah menemukan orang seaneh diriku sebelumnya. Entahlah, apa maksudmu saat itu. Dan aku hanya bisa menimpalinya dengan senyum dan candaan yang kaku. Aku tak ingin terlalu besar kepala dengan intonasimu. Bagiku malam itu adalah malam terindah yang Tuhan anugerahkan kepadaku. Mengenal sosok sepertimu adalah hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Meskipun kedekatan itu tak bertahan lama, namun terimakasih telah menjadi warna pelangi di perjalananku.

Untukmu, yang akan selalu terkenang.

0 komentar:

Posting Komentar

Yang Selalu Terkenang

Masih ingatkah engkau saat pertama kali kita menghabiskan separuh malam dengan bersepeda menyusuri sepanjang jalan menuju rumahku? Kala itu kau bersikeras untuk menemani perjalanan pulangku. Kubilang padamu, "Tenang saja. Kau tak perlu khawatir padaku. Aku sudah terbiasa bersepeda sendiri." Kupikir kau akan percaya, namun kau bersikeras untuk mengawalkau hingga akhirnya kau benar- benar tak rela melepasku.
Perjalanan malam itu memang cukup melelahkan. Menerjang dinginnya angin malam sambil mengajakmu menyusuri gang- gang kecil di sudut kotaku. Aku tahu waktu itu kau sangat lelah. Mungkin karena kau tak terbisa berjalan jauh sepertiku. Saat tiba di rumah, aku hanya bisa menyuguhkanmu segelas teh hangat buatan ibuku. Tak tahu apa yang harus kubicarakan padamu waktu itu, karena bertemu denganmu adalah hal baru yang tak pernah kusangka sebelumnya. Ya, kala itu aku mencoba untuk tidak nampak kaku di depanmu. Tak ingin berlama- lama dalam kebisuan, akupun mengajakmu untuk kembali bersepeda menyusuri kampungku. Aku tahu mungkin ini akan cukup melelahkan, karena kau harus memboncengkanku lagi. Tapi lihat saja nanti, aku akan bertanggungjawab atas perbuatanku.
Berperan sebagai penumpang sekaligus penunjuk jalan, kuajak kau untuk menikmati suasana malam di pusat keramaian di desaku, sambil menikmati lezatnya nasi goreng kampung dan segelas es teh sebagai penghilang dahaga. Tanpa disadari, obrolan- obrolan hangat terucap begitu luwesnya seolah kita telah berteman lama. Kala itu kau bilang padaku, bahwa kau tak pernah menemukan orang seaneh diriku sebelumnya. Entahlah, apa maksudmu saat itu. Dan aku hanya bisa menimpalinya dengan senyum dan candaan yang kaku. Aku tak ingin terlalu besar kepala dengan intonasimu. Bagiku malam itu adalah malam terindah yang Tuhan anugerahkan kepadaku. Mengenal sosok sepertimu adalah hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Meskipun kedekatan itu tak bertahan lama, namun terimakasih telah menjadi warna pelangi di perjalananku.

Untukmu, yang akan selalu terkenang.

0 komentar:

Posting Komentar