Subscribe:

Ads 468x60px


Featured Posts

Minggu, 26 Januari 2014

Outbond Pembekalan OSIS SMKN 1 Pandak

Teman- teman OSIS SMKN 1 Pandak tampak antusias mendengarkan petunjuk dari bang Jundy Makhsudien.











Sembari mendengarkan bang Jundy, ternyata ada beberapa teman yang sudah mempersiapkan amunisi untuk mengalahkan lawan mainnya nanti.











Pertempuran dimulai... Serbuu....
Disaat tim yang satu berusaha menyalakan lilin dan menjaga pertahanan, disitu pula tim lain berusaha membobol pertahanan dengan melemparkan amunisi pada tim lawan. Seruuu...









Wooow, ternyata ada pejuang dibalik backstage ya. Tugas mereka adalah menjaga api di luar area pertempuran agar tetap menyala. So, kalau api di lilin padam tinggal minta bantuan pejuang backstage ini.









Jreng...jreng... Akhirnya sang obor telah menyala. Berkat usaha para pejuang ini obor yang letaknya nun jauh di ujung bambu sana dapat menyala terang. Selamat...

Virus Ragu- Ragu


Sore kemarin ada sms masuk dari salah seorang teman di CDS Bantul. Ia bertanya pada saya apakah hari Ahad pagi saya ada waktu luang dan bersedia memandu kegiatan outbond dan pembekalan OSIS SMKN 1 Pandak. Tanpa berpikir panjang saya meng-iyakan pesan itu. Saya rasa saya punya banyak waktu luang pasca UAS semester ini, so kenapa tidak diisi dengan kegiatan positif. Dengan meng-iyakan pesan itu bukan berarti keragu- raguan tidak akan menghampiri. Nyatanya keraguan itu justru datang dengan membawa segerombolan alasan klasik yang hanya akan akan mengerdilkan niatan saya. Banyak sekali alasan yang tidak- tidak berkecamuk untuk memprofokasi diri saya agar membatalkan niatan saya. Mulai dari takut nyasar lah, nggak enak sama temen- temen karena udah jarang nongol lah, takut ada apa- apa di jalan lah, dan masih ada beberapa alasan nggak mutu lainnya.
Hari Ahad pagi akhirnya tiba juga. Selepas subuh rasanya keraguan itu kembali berkecamuk. Ada inisiatif untuk mencari barengan, tapi ada- ada saja pertimbangannya. Hmmm, tak mau dibuat pusing, akhirnya saya putuskan untuk kembali ke peraduan alias melanjutkan tidur. Jreng...jreng..., alhasil saya baru bangun lagi pukul 07.00 dan masih saja teringat dengan agenda Ahad pagi. Ego saya bilang," Kalau kamu nggak mau pergi- pergi ya nggak usah pergi. Daripada entar ada apa- apa di jalan dan kamu ngerasa nggak nyaman sendiri." But, hati nurani saya juga bilang," Ini amanah lho. Dan berhubungan dengan pertanggungjawaban di masa depan nanti (alias akhirat). Apa kamu mau jadi orang yang ingkar?! Engga kan?! Coba deh ajakin keponakan kamu buat nemenin sekaligus nyeneg- nyenengin dia buat jalan- jalan. Kamunya untung, ponakanmu seneng." Akhirnya saya putuskan untuk memenangkan hati nurani saya dan membulatkan niat untuk berangkat bersama keponakan tercinta.
Sesampainya di sana ternyata sudah ada beberapa teman yang sedang memandu adik- adik SMK memainkan games. Dan disana saya hanya bantu- bantu untuk menjadi sie dokumentasi. Walaupun tidak banyak hal yang bisa saya bantu, namun setidaknya dari kegiatan ini  saya mendapatkan percik semangat untuk kembali bergabung dengan kawan- kawan CDS. Berdakwah dan berkarya. Ternyata saya menemukan kembali spirit yang sempat padam di tengah- tengah dinamika kampus. Dan semoga moment ini bisa menjadi awal yang baik bagi saya untuk bangun dari tidur panjang dari dunia organisasi. Khususnya CDS Bantul. Sungguh skenario Allah sangat luar biasa. Saya tak habis pikir, betapa meruginya saya jika melewatkan agenda ini. Alhamdulillah Allah menuntun langkah kaki saya untuk tidak berhenti menjalankan roda dakwah. Meskipun awalnya sulit, jika kita mau mendengar hati nurani dan beraksi karena Allah, insyaallah semua akan berjalan dengan diiringi rahmat dan ridho-Nya. 

Sabtu, 25 Januari 2014

Aku, Kamu, dan Biru


IPK

Ritual enam bulanan bagi para mahasiswa telah terlewati. Ya, UAS telah usai sejak satu minggu yang lalu. Satu persatu nilai hasil belajar selama enam bulan telah muncul di portal akademik. Rasanya tak ingin berlama- lama menunggu nilai keluar, namun juga was- was untuk melihat nilai. Huft..., mau tak mau kita pun harus memberanikan diri menghadapi kenyataan. Dan apapun hasilnya harus mau menerima dengan lapang dada.
Jrenggg...jrenggg... Ya, Sebagian besar nilai sudah muncul. Antara lega dan kecewa berkolaborasi menghasilkan rasa yang sulit didefinisikan. Lega rasanya karena hasil yang sebelumnya diprediksikan akan berakhir dengan ujian ulang ternyata menjelma menjadi sebuah alfabet yang cantik. Bukan nilai yang sempurna memang. Tapi setidaknya tidak berakhir di ujian ulang. Dan kecewa datang kala teringat proses belajar yang belum bisa maksimal. 
Beragam peristiwa memang bagian dari skenario pembelajaran. Seharian ini trending topik di beranda facebook adalah hasil UAS. Ada sebagian teman yang menuliskan kekecewaan mereka di akun jarsos mereka. Ada pula yang bilang kalau nilai semester ini seperti merek sirup. Tapi tidak sedikit pula teman- teman yang menepis rasa kekecewaan mereka dengan saling memberikan suport via komentar facebook. Bahkan ada salah seorang teman yang menulis hal yang sangat indah berkaitan dengan fenomena nilai yang mirip merk sirup ini. Ia bilang bahwa IPK (indeks prestasi kumulatif) itu memang penting. Tapi lebih penting lagi 'Indeks Prestasi Keimanan'. Sebagus atau sesempurna apapun nilainya jika diperolehnya dengan cara yang salah, maka yang didapatkan hanya un-Berkah (alias tidak berkah).
Point pentig yang harus saya pelajari di sini adalah 'Belajar Bersyukur'. Meskipun IPK semester ini tidak sebaik semester kemarin, namun setidaknya sampai saat ini belum ada nilai yang mengindikasikan adanya ujian ulang ataupun mengulang kuliah di semester depan. Ya, apapun hasil finalnya nanti kita memang harus bersiap diri dan lebih lapang dada. Dan tentunya untuk mempersiapkan diri untuk berbenah di semester depan. Semangat...semangat...semangat... Aku & kamu pasti bisa... (^_^)/

Senin, 20 Januari 2014

Terimakasih Guruku



Pagiku cerahku
Matahari bersinar
Kugendong tas merahku di pundak

Selamat pagi semua
ku nantikan dirimu
di depan kelasmu
menantikan kami

Guruku tersayang
Guru tercinta
Tanpamu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terimakasihku

Nyatanya diriku
Kadang buatmu marah
Namun segala maaf
Kau berikan

Senin, 13 Januari 2014

Turun Tangan

Hai, kawan...
Sejak beberapa hari lalu saya memikirkan sebuah inisiatif yang mungkin akan kalian sebut sebagai ide gila.
Saya ingin mengajak kalian melakukan suatu kegiatan di luar rutinitas kita.
Setiap kali saya melewati simpang empat Umbulharjo pada pukul 10an, disana pula saya sering menjumpai seorang bapak penjual koran yang menurut saya luarbiasa. Berbeda dengan penjual koran lainnya, ia selalu menjajakan koran- korannya di atas kursi roda buluk miliknya. Tangan kanannya dengan gesit membolak- balikkan roda kursi agar bisa menyusup di sela- sela pengguna jalan, sedangkan tangan kirinya berusaha memegang erat tumpukan koran yang sesekali ia letakkan di pangkuannya.Tak peduli panas terik, hujan badai, atau apapun itu rintangannya, ia selalu berusaha untuk menjalankan profesinya sebaik mungkin.
Oleh karena itu, saya ingin mengajak kalian untuk turun langsung ke jalan membantu bapak itu menjajakan korannya meskipun hanya sehari. Selain bisa meringankan pekerjaan sang bapak, harapannya kita juga bisa belajar ilmu hidup dengan pengalaman kita nanti. Belajar memposisikan diri menjadi orang dengan profesi yang seringkali dipandang sebelah mata. Belajar merasakan pahit getirnya orang tua mencari nafkah. Belajar merasakan betapa hidup memang harus diperjuangkan. Dan yang terpenting adalah belajar mensyukuri segala yang Tuhan beri pada kita.
Memang bukan hal besar yang bisa kita berikan. Namun, semoga usaha kecil nan sederhana kita ini setidaknya mampu melukiskan senyum semangat sang bapak. Serta mampu menumbuhkan keyakinan beliau bahwa masih banyak orang- orang yang peduli dan akan selalu membantunya.

Hidup di Raga yang Berbeda


Selamat pagi, harapan...

Pagi ini aku ingin mengutarakan keinginanku untuk mendonorkan mata dan organku.
Sudah beberapa tahun terakhir aku tertarik untuk mendaftarkan diri menjadi calon pendonor mata. Aku ingin bisa berbagi dengan siapapun. Aku ingin ketika aku telah tiada, apa yang ada pada diriku tetap dapat bermanfaat. Aku ingin ilmuku terus dapat diamalkan. Aku ingin mataku tetap bisa memandang indahnya semesta. Aku ingin jantungku tetap berdetak meskipun di tubuh yang berbeda. Aku ingin hatiku tetap hidup meskipun dalam raga yang tak sama. Aku ingin tulangku tetap bebas bergerak meski aku tak akan mampu mengikuti arahnya. Aku ingin segala yang ada pada diriku tetap hidup meskipu berada di raga yang berbeda. Aku ingin segala yang ada pada diriku dapat menolong sesama. 
Sekarang, aku masih menunggu waktu dan mencoba menggali informasi untuk mewujudkan keinginanku. Sembari mempersiapkan diri aku juga ingin menghiasi hidupku dengan amalan kebaikan. Agar mengalir darah yang menyejukkan bagi siapapun yang menerima organku nanti.
Teruntuk ibu, calon suami dan anak- anakku, bantu dan dukung aku mewujudkan keinginan ini...
Dengan penuh kasih Tuhan, aku berharap kita akan kembali dipersatukan di surga firdausy..

Outbond Pembekalan OSIS SMKN 1 Pandak

Teman- teman OSIS SMKN 1 Pandak tampak antusias mendengarkan petunjuk dari bang Jundy Makhsudien.











Sembari mendengarkan bang Jundy, ternyata ada beberapa teman yang sudah mempersiapkan amunisi untuk mengalahkan lawan mainnya nanti.











Pertempuran dimulai... Serbuu....
Disaat tim yang satu berusaha menyalakan lilin dan menjaga pertahanan, disitu pula tim lain berusaha membobol pertahanan dengan melemparkan amunisi pada tim lawan. Seruuu...









Wooow, ternyata ada pejuang dibalik backstage ya. Tugas mereka adalah menjaga api di luar area pertempuran agar tetap menyala. So, kalau api di lilin padam tinggal minta bantuan pejuang backstage ini.









Jreng...jreng... Akhirnya sang obor telah menyala. Berkat usaha para pejuang ini obor yang letaknya nun jauh di ujung bambu sana dapat menyala terang. Selamat...

Virus Ragu- Ragu


Sore kemarin ada sms masuk dari salah seorang teman di CDS Bantul. Ia bertanya pada saya apakah hari Ahad pagi saya ada waktu luang dan bersedia memandu kegiatan outbond dan pembekalan OSIS SMKN 1 Pandak. Tanpa berpikir panjang saya meng-iyakan pesan itu. Saya rasa saya punya banyak waktu luang pasca UAS semester ini, so kenapa tidak diisi dengan kegiatan positif. Dengan meng-iyakan pesan itu bukan berarti keragu- raguan tidak akan menghampiri. Nyatanya keraguan itu justru datang dengan membawa segerombolan alasan klasik yang hanya akan akan mengerdilkan niatan saya. Banyak sekali alasan yang tidak- tidak berkecamuk untuk memprofokasi diri saya agar membatalkan niatan saya. Mulai dari takut nyasar lah, nggak enak sama temen- temen karena udah jarang nongol lah, takut ada apa- apa di jalan lah, dan masih ada beberapa alasan nggak mutu lainnya.
Hari Ahad pagi akhirnya tiba juga. Selepas subuh rasanya keraguan itu kembali berkecamuk. Ada inisiatif untuk mencari barengan, tapi ada- ada saja pertimbangannya. Hmmm, tak mau dibuat pusing, akhirnya saya putuskan untuk kembali ke peraduan alias melanjutkan tidur. Jreng...jreng..., alhasil saya baru bangun lagi pukul 07.00 dan masih saja teringat dengan agenda Ahad pagi. Ego saya bilang," Kalau kamu nggak mau pergi- pergi ya nggak usah pergi. Daripada entar ada apa- apa di jalan dan kamu ngerasa nggak nyaman sendiri." But, hati nurani saya juga bilang," Ini amanah lho. Dan berhubungan dengan pertanggungjawaban di masa depan nanti (alias akhirat). Apa kamu mau jadi orang yang ingkar?! Engga kan?! Coba deh ajakin keponakan kamu buat nemenin sekaligus nyeneg- nyenengin dia buat jalan- jalan. Kamunya untung, ponakanmu seneng." Akhirnya saya putuskan untuk memenangkan hati nurani saya dan membulatkan niat untuk berangkat bersama keponakan tercinta.
Sesampainya di sana ternyata sudah ada beberapa teman yang sedang memandu adik- adik SMK memainkan games. Dan disana saya hanya bantu- bantu untuk menjadi sie dokumentasi. Walaupun tidak banyak hal yang bisa saya bantu, namun setidaknya dari kegiatan ini  saya mendapatkan percik semangat untuk kembali bergabung dengan kawan- kawan CDS. Berdakwah dan berkarya. Ternyata saya menemukan kembali spirit yang sempat padam di tengah- tengah dinamika kampus. Dan semoga moment ini bisa menjadi awal yang baik bagi saya untuk bangun dari tidur panjang dari dunia organisasi. Khususnya CDS Bantul. Sungguh skenario Allah sangat luar biasa. Saya tak habis pikir, betapa meruginya saya jika melewatkan agenda ini. Alhamdulillah Allah menuntun langkah kaki saya untuk tidak berhenti menjalankan roda dakwah. Meskipun awalnya sulit, jika kita mau mendengar hati nurani dan beraksi karena Allah, insyaallah semua akan berjalan dengan diiringi rahmat dan ridho-Nya. 

Aku, Kamu, dan Biru


IPK

Ritual enam bulanan bagi para mahasiswa telah terlewati. Ya, UAS telah usai sejak satu minggu yang lalu. Satu persatu nilai hasil belajar selama enam bulan telah muncul di portal akademik. Rasanya tak ingin berlama- lama menunggu nilai keluar, namun juga was- was untuk melihat nilai. Huft..., mau tak mau kita pun harus memberanikan diri menghadapi kenyataan. Dan apapun hasilnya harus mau menerima dengan lapang dada.
Jrenggg...jrenggg... Ya, Sebagian besar nilai sudah muncul. Antara lega dan kecewa berkolaborasi menghasilkan rasa yang sulit didefinisikan. Lega rasanya karena hasil yang sebelumnya diprediksikan akan berakhir dengan ujian ulang ternyata menjelma menjadi sebuah alfabet yang cantik. Bukan nilai yang sempurna memang. Tapi setidaknya tidak berakhir di ujian ulang. Dan kecewa datang kala teringat proses belajar yang belum bisa maksimal. 
Beragam peristiwa memang bagian dari skenario pembelajaran. Seharian ini trending topik di beranda facebook adalah hasil UAS. Ada sebagian teman yang menuliskan kekecewaan mereka di akun jarsos mereka. Ada pula yang bilang kalau nilai semester ini seperti merek sirup. Tapi tidak sedikit pula teman- teman yang menepis rasa kekecewaan mereka dengan saling memberikan suport via komentar facebook. Bahkan ada salah seorang teman yang menulis hal yang sangat indah berkaitan dengan fenomena nilai yang mirip merk sirup ini. Ia bilang bahwa IPK (indeks prestasi kumulatif) itu memang penting. Tapi lebih penting lagi 'Indeks Prestasi Keimanan'. Sebagus atau sesempurna apapun nilainya jika diperolehnya dengan cara yang salah, maka yang didapatkan hanya un-Berkah (alias tidak berkah).
Point pentig yang harus saya pelajari di sini adalah 'Belajar Bersyukur'. Meskipun IPK semester ini tidak sebaik semester kemarin, namun setidaknya sampai saat ini belum ada nilai yang mengindikasikan adanya ujian ulang ataupun mengulang kuliah di semester depan. Ya, apapun hasil finalnya nanti kita memang harus bersiap diri dan lebih lapang dada. Dan tentunya untuk mempersiapkan diri untuk berbenah di semester depan. Semangat...semangat...semangat... Aku & kamu pasti bisa... (^_^)/

Terimakasih Guruku



Pagiku cerahku
Matahari bersinar
Kugendong tas merahku di pundak

Selamat pagi semua
ku nantikan dirimu
di depan kelasmu
menantikan kami

Guruku tersayang
Guru tercinta
Tanpamu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terimakasihku

Nyatanya diriku
Kadang buatmu marah
Namun segala maaf
Kau berikan

Turun Tangan

Hai, kawan...
Sejak beberapa hari lalu saya memikirkan sebuah inisiatif yang mungkin akan kalian sebut sebagai ide gila.
Saya ingin mengajak kalian melakukan suatu kegiatan di luar rutinitas kita.
Setiap kali saya melewati simpang empat Umbulharjo pada pukul 10an, disana pula saya sering menjumpai seorang bapak penjual koran yang menurut saya luarbiasa. Berbeda dengan penjual koran lainnya, ia selalu menjajakan koran- korannya di atas kursi roda buluk miliknya. Tangan kanannya dengan gesit membolak- balikkan roda kursi agar bisa menyusup di sela- sela pengguna jalan, sedangkan tangan kirinya berusaha memegang erat tumpukan koran yang sesekali ia letakkan di pangkuannya.Tak peduli panas terik, hujan badai, atau apapun itu rintangannya, ia selalu berusaha untuk menjalankan profesinya sebaik mungkin.
Oleh karena itu, saya ingin mengajak kalian untuk turun langsung ke jalan membantu bapak itu menjajakan korannya meskipun hanya sehari. Selain bisa meringankan pekerjaan sang bapak, harapannya kita juga bisa belajar ilmu hidup dengan pengalaman kita nanti. Belajar memposisikan diri menjadi orang dengan profesi yang seringkali dipandang sebelah mata. Belajar merasakan pahit getirnya orang tua mencari nafkah. Belajar merasakan betapa hidup memang harus diperjuangkan. Dan yang terpenting adalah belajar mensyukuri segala yang Tuhan beri pada kita.
Memang bukan hal besar yang bisa kita berikan. Namun, semoga usaha kecil nan sederhana kita ini setidaknya mampu melukiskan senyum semangat sang bapak. Serta mampu menumbuhkan keyakinan beliau bahwa masih banyak orang- orang yang peduli dan akan selalu membantunya.

Hidup di Raga yang Berbeda


Selamat pagi, harapan...

Pagi ini aku ingin mengutarakan keinginanku untuk mendonorkan mata dan organku.
Sudah beberapa tahun terakhir aku tertarik untuk mendaftarkan diri menjadi calon pendonor mata. Aku ingin bisa berbagi dengan siapapun. Aku ingin ketika aku telah tiada, apa yang ada pada diriku tetap dapat bermanfaat. Aku ingin ilmuku terus dapat diamalkan. Aku ingin mataku tetap bisa memandang indahnya semesta. Aku ingin jantungku tetap berdetak meskipun di tubuh yang berbeda. Aku ingin hatiku tetap hidup meskipun dalam raga yang tak sama. Aku ingin tulangku tetap bebas bergerak meski aku tak akan mampu mengikuti arahnya. Aku ingin segala yang ada pada diriku tetap hidup meskipu berada di raga yang berbeda. Aku ingin segala yang ada pada diriku dapat menolong sesama. 
Sekarang, aku masih menunggu waktu dan mencoba menggali informasi untuk mewujudkan keinginanku. Sembari mempersiapkan diri aku juga ingin menghiasi hidupku dengan amalan kebaikan. Agar mengalir darah yang menyejukkan bagi siapapun yang menerima organku nanti.
Teruntuk ibu, calon suami dan anak- anakku, bantu dan dukung aku mewujudkan keinginan ini...
Dengan penuh kasih Tuhan, aku berharap kita akan kembali dipersatukan di surga firdausy..